Pagi ini aku terbangun
dengan enggan sebab udara dingin masih terasa mengulitiku, karena hujan yang lagi-lagi
jatuh tanpa henti semalaman. Aah, rasanya aku ingin tetap bermanja-manja di
ranjang ini sekarang. Seperti itulah yang kupikirkan pagi tadi.
Namun bersama dengan
suara gerimis yang masih samar-samar terdengar, tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang
menggelitik indera penciumanku. Hmm, aroma khas yang begitu harum itu kuhirup
dengan penuh penghayatan seakan aku memang sudah terbiasa dengan aroma tersebut.
Ya itu benar. Aku memang hafal sekali dengan aroma khas yang ternyata berasal
dari seduhan kopi itu. Kalian tahu kenapa? Karena setiap hari di saat pagi
maupun senja hari, aroma tersebut selalu hadir merasuki indera penciumanku
tanpa pernah permisi.
![]() |
Selalu ada cerita di dalam secangkir kopi. Sepahit apapun itu, kopi tetaplah kopi yang bisa dinikmati dengan semanis mungkin. - ig : @dandelion_gie - |
Saat itu juga, aku
memang merasa kecewa banget. Hatiku seakan hancur seketika bersama dengan
harapanku yang runtuh tak bersisa lagi. Pikiranku kalut. Dengan langkah kaki
yang berat, aku berusaha untuk tetap berjalan santai saat keluar dari kantor
itu. Kubenahi suasana hati dan raut wajahku saat aku berhadapan dengan sosok hebat
yang sedang berdiri menungguku itu. Ayah, maaf. Hanya kata itu yang akhirnya
keluar dari mulutku saat menatap matanya. Aku benar-benar blank dan sudah tak
tahu lagi harus bersikap bagaimana lagi di hadapannya. Apalagi saat ayah
membalas ucapanku itu dengan kata tidak apa-apa sembari tersenyum, aku benar-benar
merasa ada sesuatu yang begitu tajam menusuk hatiku.
Hujan deras masih
begitu setia menemani perjalanan kami. Senja yang katanya indah itu pun berubah
menjadi kelabu dan berkabut. Di atas sepeda motor tua itu, aku terdiam menahan
sesak yang seharian sudah mengacaukan pikiranku. Sesekali hujan juga menyamarkan
airmataku yang diam-diam jatuh membasahi pipi itu. Hari sudah semakin petang
dan hujan masih begitu deras terasa membebani perjalananku bersama ayah hari
itu. Namun belum seberapa jauh kami beranjak dari kantor itu, ayah sudah minta
berhenti sejenak di pom bensin karena ingin buang air kecil. Setelah beberapa
lama, ayah pun keluar dari toilet dan siap untuk melanjutkan perjalanan kami
lagi. Tetapi apa yang terjadi? Sial, tiba-tiba saja motor ayah tidak bisa
dinyalakan sama sekali. Seakan membeku, motor tua itu tidak bisa digerakan stangnya
dan mesinnya pun tidak mau menyala lagi. Dengan susah payah di tengah hujan
yang masih deras, ayah berusaha sekeras mungkin untuk mendorong motor tuanya
itu dan mencari bengkel terdekat dari sana. Sebenarnya aku ingin membantu
mendorong motor tuanya itu, tetapi ayah bersikeras menyuruhku untuk tetap duduk
di jok motor saat ia mendorongnya. Awalnya aku memang menurutinya, tetapi
karena aku tidak tega melihat ayah kesusahan seperti itu, aku pun akhirnya
meminta turun dari jok dan ikut mendorong motor tua itu dari belakangnya. Ternyata
bengkel terletak jauh juga dari tempat pemberhentian kami yang terakhir. Akhirnya
kami menemukan bengkel tersebut dan beristirahat sejenak dari kepenatan yang
kami rasakan saat itu.
Setelah hampir satu jam
berlalu, motor tua ayahku itu akhirnya selesai dibenarkan dan kondisi kami
berdua pun sudah lebih baik. Perjalanan panjang kami masih berlanjut dengan hujan
yang tak pernah bosan menemani hari itu. Menit demi menit berlalu dan hari pun
sudah benar-benar petang sekarang.
“Mampir beli bakso dulu
yuk,” ajak ayah padaku. Aku hanya mengangguk menanggapi ajakannya itu.
Posisi kami
saat berhenti di sebuah warung bakso itu adalah di Bantul, Yogyakarta. Huuft,
rupanya perjalanan kami masih panjang dan lama. Kubuka jas hujan yang tak
pernah kering seharian itu saat aku memasuki warung tersebut. Ayah memesan satu
mangkuk mie ayam campur bakso untuknya dan satu mangkuk mie ayam untukku. Namun
ada satu hal yang tidak berubah. Ya, ayah tidak pernah lupa untuk memesan
secangkir kopi kapal api untuknya. Aku heran dengan ayah yang begitu menyukai
kopi itu dari dulu. Maklum saja selama tiga tahun aku merantau, aku tak pernah
minum kopi sekalipun karena kondisi lambungku yang tak memungkinkan. Aroma kopi
kapal api yang khas itu tercium tepat di hadapanku saat kopi pesanan ayah sudah
ada di meja kami. Tanpa basa-basi, aku pun bertanya kepada ayah perihal
kecintaannya akan kopi tersebut. Kata ayah, "Kopi Kapal Api" itu "jelas lebih enak"rasanya dibanding kopi kemasan lain yang pernah ia cicipi. Menurut ayah, kopi
kapal api tuh terasa banget kopinya dan aromanya saat diseduh juga harum kopi
banget. Makanya karena alasan itulah ayah begitu menyukainya.
Saat itu aku disuruh mencicipi kopinya kalau tidak percaya. Awalnya aku ragu karena takut sakit perut setelah mencicipinya seperti waktu terakhir kalinya aku meminum kopi beberapa tahun lalu. Tetapi rasa penasaranku rupanya jauh lebih besar dibandingkan rasa takutku itu. Akhirnya aku meneguk sedikit kopi itu. Benar saja, ada perasaan hangat yang menenangkan perlahan mengalir masuk ke dalam tubuhku seakan menetralkan semua perasaan kacauku seharian itu. Entah kenapa tiba-tiba saja aku tersenyum. Rasanya semua beban yang aku rasakan saat itu mulai luruh bersama mengalirnya kopi yang kuminum seteguk itu. Benar-benar menghangatkan dan menenangkan seperti cinta ayah untukku selama ini. Sejak kejadian hari itu, aku merasa bersyukur karena memiliki sosok pahlawan yang luar biasa seperti ayahku dan sejak hari itu juga aku jadi suka minum kopi sekarang. Kopi kapal api dong pastinya.
![]() |
Tak selamanya yang hitam itu buruk dan yang pahit itu selalu dibenci, karena lihatlah sang kopi yang begitu dicintai oleh kebanyakan orang meski ia hitam dan pahit sekalipun. - ig : @dandelion_gie - |
Saat itu aku disuruh mencicipi kopinya kalau tidak percaya. Awalnya aku ragu karena takut sakit perut setelah mencicipinya seperti waktu terakhir kalinya aku meminum kopi beberapa tahun lalu. Tetapi rasa penasaranku rupanya jauh lebih besar dibandingkan rasa takutku itu. Akhirnya aku meneguk sedikit kopi itu. Benar saja, ada perasaan hangat yang menenangkan perlahan mengalir masuk ke dalam tubuhku seakan menetralkan semua perasaan kacauku seharian itu. Entah kenapa tiba-tiba saja aku tersenyum. Rasanya semua beban yang aku rasakan saat itu mulai luruh bersama mengalirnya kopi yang kuminum seteguk itu. Benar-benar menghangatkan dan menenangkan seperti cinta ayah untukku selama ini. Sejak kejadian hari itu, aku merasa bersyukur karena memiliki sosok pahlawan yang luar biasa seperti ayahku dan sejak hari itu juga aku jadi suka minum kopi sekarang. Kopi kapal api dong pastinya.
![]() |
ig : @damarastavarauyee dan @dandelion_gie |
Sekarang bersama dengan suara
gerimis yang samar-samar sudah tak terdengar lagi dan aroma kopi yang tadi sudah mulai lenyap dari hidungku, aku pun mulai tersadar kembali dari lamunanku. Dengan senyuman yang tampak jelas di wajahku, aku pun akhirnya beranjak dari ranjangku yang nyaman ini dan bergegas untuk menikmati secangkir Kopi Kapal Api ku sembari melakukan aktifitasku hari ini. Selesai.
Begitulah ceritaku, lalu bagaimana dengan ceritamu? yuk tuliskan cerita menarik dan serumu bersama #KapalApiPunyaCerita.
Karena aku yakin kalau ceritamu tidak kalah serunya dengan ceritaku. 😎😄
Baiklah sampai disini dulu ya...
Terima kasih buat teman-teman yang sudah bersedia mampir untuk membaca ceritaku ini dan maaf kalau ada kesalahan penulisan dalam bercerita.
Sampai jumpa di ceritaku berikutnya, Bye...
Terima kasih buat teman-teman yang sudah bersedia mampir untuk membaca ceritaku ini dan maaf kalau ada kesalahan penulisan dalam bercerita.
Sampai jumpa di ceritaku berikutnya, Bye...