Sabtu, 22 September 2018

Puisi : Tanyaku Pada Sang Angin

Dulu aku pernah ingin menjadi angin. Bahkan keinginan itu masih diam-diam menghuni hati kecilku, khususnya malam ini. Entahlah. Mungkin saja karena udara malam ini  rasanya begitu sejuk tidak seperti malam biasanya, jadi seketika membuatku rindu dengan beberapa kenangan di masa lalu. Sebuah kenangan yang membawaku kembali ke masa dimana aku sangat mengagumi sang angin di dalam hatiku. Alasannya? Hmm, aku juga tidak tahu.

Wisata Gunung
Selok, Adipala, Cilacap


Dan di kesempatan kali ini, aku mau berbagi salah satu puisiku nih. Puisi di bawah ini termasuk puisi lawas yang belum pernah aku share dimanapun lho. Kalau dilihat dari tanggal yang tertera disana, berarti aku menulisnya saat aku tengah menikmati semester 2 dari masa perkuliahanku. Saat itu aku sedang merasa bimbang yang cukup meresahkan pikiran dan hatiku. Seperti ada banyak tanya dalam kepalaku, tetapi tidak kudapati satu jawaban pun yang mampu meringankan konflik batinku itu. Karena merasa tertekan, makanya kutulislah puisi berikut seakan-akan aku sedang mengeluhkan keresahanku pada 'Sang Angin’.



Tanyaku Pada Sang Angin

Anginku...
Dapatkah kau mengeja setiap abjad dalam hidupku?
Sanggupkah kau menghitung seberapa banyak kata yang tercipta dalam catatan hidupku?
Mampukah kau menerawang setiap warna yang tergambar pada pesona hariku?
Takkan pernah aku tahu,
Dan kau pun tak mampu melakukan itu.

Karena apa?
Karena kau hanyalah angin,
Yang hadir untuk menghapus setiap abjad, kata, dan warnaku yang telah usang...
Membawa mereka pergi dan berlalu seiring hidupku dalam ikatan waktu,
Karena kau hanyalah angin,
Yang berbisik lewat gemuruh keanggunanmu pada rerumputan itu..
Dan karena kau hanyalah angin,
Yang merasuki jiwaku dengan belaian lembut sapaanmu...
Menyejukanku dari setiap luka yang membekas dalam hati...
Sebab kau hanyalah angin,
Yang tak berwujud, namun keberadaanmu sungguh terasa dalam setiap hembusan nafasku...

By: Dandelion Gie
“Bersama Angin, 20 Juli 2013”



Aku bertanya, “Apakah ia bisa menebak apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku? Lalu sejauh manakah ia ingat tentang cerita hidup yang pernah aku lewati? Dan apakah ia mengerti tentang arti dari perasaan yang muncul tak jelas dalam hatiku saat itu?”

Aku saja bingung, apalagi dia…

Pikirku di dua kalimat di baris terakhir pada bait pertama itu.

Aku terdiam cukup lama lalu kupejamkan mataku demi mendapatkan ketenangan yang aku inginkan. Benar saja beberapa detik kemudian, aku merasakan lagi desiran-desiran lembut mulai menyapa tubuhku dan pelan-pelan menghapus semua keresahan yang beberapa waktu sebelumnya meracuni hatiku. Apalagi kalau bukan karena 'Sang Angin’ yang berhembus sejuk di sekitarku seakan-akan ia mendengarkan semua keluhanku. Meskipun ia tak mampu memberikan jawaban sebagai solusi, tetapi setidaknya ia tahu bagaimana cara menenangkan dan menghibur hati kecilku.

Dulu dan sekarang. 'Sang Angin' tetaplah sama. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar