Selasa, 22 Mei 2018

Tentang Waktu Yang Terlewat



Hari demi hari ternyata sudah berlalu begitu saja tanpa aku sadari. Hmm, apakah aku sudah melewatkan sesuatu sampai-sampai aku lupa dengan waktuku sendiri? Apa tidak adakah sesuatu yang membekas dalam ingatanku selama ini sampai-sampai aku tak sadar dengan berlalunya waktuku itu? Ini sungguh menakutkan karena rasanya tak ada yang berubah dalam kehidupanku sekarang, seakan-akan hidupku memang tak bergerak barang sejengkal pun dari posisi awal. Aah, itu benar. Bahkan sekarang aku baru menyadari tentang sudah berapa banyak waktu yang kulewati begitu saja tanpa punya kesan apa-apa. Menyedihkan sekali, bukan.


Ini sudah Mei.
Hujan di musim Januari pun sudah lama terlewati.
Lantas apa kabar dengan hati?
Apakah masih sendiri atau sudah terisi lagi dengan nama yang lain?
Ini sudah Mei.
Sudah sejauh manakah hidupku ini menjadi berarti?
Sudah seberapa lamakah waktu yang kupunya ini berganti?
Atau ternyata aku masih betah dengan kesendirian yang selama ini membentengi diri?

(Senjakala Merona)

Hatiku tiba-tiba saja bergejolak tak jelas seperti itu. Pikiran demi pikiran dalam kepalaku pun perlahan mulai bermunculan tak karuan seolah-olah menuntut jawaban pasti dari dalam diriku. Hmm, apakah aku sedang mengeluhkan itu sekarang? Aah, rasanya hal seperti itu tidak cocok dengan ego dan keras kepalaku selama ini. Bukankah selelah apapun aku menjalani kehidupan yang kupilih sendiri, sejauh yang kuingat memang tak pernah aku merasa gusar apalagi sampai mengeluhkannya seperti sekarang. Hal itu terjadi mungkin karena kenyataannya egoku memang terlalu kuat untuk mengakui kalau aku ini bodoh, lemah, dan juga rapuh. Karena ego itu pula yang selama ini telah membentengi diriku sendiri. Sebuah ego yang membuatku menjadi egois, bersikap seenaknya, dan terkesan gengsi. 

Hei, tenang saja. Ini baru Mei.
Bukankah masih banyak hari yang akan datang nanti?
Bukankah hidupku baik-baik saja seperti yang kujalani selama ini?
Lalu untuk apa aku harus merasa gelisah dengan waktu-waktu yang sudah terlewati?
Dan untuk apa juga aku harus merasa khawatir dengan hal-hal yang belum tentu terjadi?
Lucu sekali.

(Senjakala Merona)

Aku berusaha mengembalikan pikiran-pikiranku seperti biasanya dan membuang jauh hal-hal yang menurutku bodoh seperti yang kupikirkan beberapa menit yang lalu itu. Hmm, lagipula sudah sepantasnya kan aku menyadari kalau hidup yang kupilih selama ini adalah kehidupan ternyaman yang membahagiakan untukku. Meskipun menurut pandangan orang lain, hidupku ini terlalu membosankan untuk disebut sebagai sebuah kehidupan.  Ya, sepertinya pendapat mereka memang tak sepenuhnya salah. Karena tidak bisa kupungkiri, sebagai manusia biasa aku pun pernah merasa bosan dengan hidup yang kujalani ini. Bukan hanya bosan saja, tetapi terkadang aku juga merasa sedih dan ketakutan setiap kali menyadarinya.


ig: @dandelion_gie

Aaah, ternyata ini benar-benar sudah Mei.
Apakah benar hidupku akan tetap baik-baik saja jika terus seperti ini?
Sendiri, berteman dengan sepi.
Apakah benar kehidupan yang kupilih selama ini adalah tepat untuk masa depanku nanti?
Hei, Mei akan segera berlalu pergi.
Bukankah sudah waktunya untukku memperbaiki diri?
Bukankah sudah saatnya aku bersiap untuk membuka hati?
Lalu untuk apa aku harus menanyakannya lagi?
Lantas kenapa rasanya aku masih ragu dan tidak percaya diri?
Ya, Mei benar-benar akan segera pergi.
Dan sepertinya aku masih belum sanggup untuk meninggalkan lingkaran hidup yang selama ini kuciptakan sendiri.
Jadi, biarkan saja Mei pergi.
Sedang aku, akan tetap menjalani hidup begini dengan penuh keyakinan sekali lagi.

(Senjakala Merona)

Setelah merasa cukup dengan pikiran-pikiranku itu, sekarang sudah waktunya untukku beranjak dari kursi meja belajar yang sedari tadi kujadikan sebagai tempat berpikir. Tak butuh waktu lama, sekarang aku sudah berada di tepi ranjang dan mendudukan diriku disana. Lalu kuraih ponsel di meja nakas tepat di sebelah ranjangku. Dan siapa sangka kalau aku sedang tersenyum sekarang saat kutahu layar diponselku yang menyala kini menampilkan sebuah wallpaper yang mengingatkanku pada sesuatu. Sesuatu yang sekarang membuatku ingat kalau hidup yang selama ini kulewati bukan hanya tentang hitam dan putih saja, tetapi rupanya saat ini sudah mulai bermunculan warna-warna lain yang tak pernah aku duga sebelumnya. Dia. Ya, itu memang karena dia. Hanya dengan mengingatnya saja, itu sudah cukup membuatku tersenyum seperti orang gila sekarang. 

- Dandelion Gie -
(Matahari Senja)



Rabu, 09 Mei 2018

Untukmu, "Catatan Si Cipling"

Aaah, lagi-lagi aku mengabaikanmu ya..

Hmm, kira-kira ini sudah malam yang ke berapa ya sejak terakhir aku menyapa dan membelaimu?
Entahlah. Hanya saja, rasanya sudah lama sekali aku tidak berjumpa dan saling berbagi kisah denganmu.

Maafkan aku. 
Untuk ke sekian kalinya aku benar-benar minta maaf karena sudah membuatmu kesepian tanpa kata-kata ambigu yang aku ciptakan.
Sungguh, aku tak bermaksud untuk mengabaikan lantas mencampakan dan melupakanmu.

Bukankah kamu paham kalau aku sangat menginginkan hadirmu selama ini?
Bukankah kamu paham kalau aku gemar mencurahkan segala tentang hidup dan hatiku kepadamu?
Ya, bukankah memang kenyataannya seperti itu?
Meskipun faktanya aku tidak benar-benar menceritakan seluruh kehidupan dan rasa di hatiku kepadamu.
Seperti menghilangnya aku darimu di beberapa waktu yang lalu contohnya.

Teman, maafkan aku.
Aku tak pernah bermaksud begitu.
Hanya saja,
Hidupku di beberapa waktu yang lalu itu terlalu membosankan untuk kuceritakan lewat kamu, sampai-sampai tak ada kata lagi yang bisa kuungkapkan semuanya dengan benar.
Ya, itu benar. 
Dan seperti itulah kenyataan yang menjadi alasan menghilangnya aku di beberapa waktu yang lalu.

Jadi, sekali lagi kukatakan maaf kepadamu.
Wahai Teman Ceritaku,

Mari kita mulai berteman lagi.

(Ditengah Kebisingan Sepiku, 09 Mei 2018)